Dalam konfrensi persnya kemarin, (03/10/2018), Ratna Sarumpaet ngakunya benar berbohong soal wajahnya yang remuk. Semula katanya “cuma” buat mengelabui anak-anaknya. Lalu kemudian berlanjut ke membohongi Prabowo, cs.
Percaya?Tidak, ini semua memang sudah diskenariokan. Ratna hanya salah satu dari pemain lakon sandiwara tersebut. Masih ada Fadli Zon, Rachel Maryam, Prabowo, dll di dalam lakon tersebut.
Siapa master mind (penyusun skenario) dan apa skenarionya, ikuti saja sampai tuntas analisa kami yang lumayan melelahkan ini. Pada bagian pertama, kita akan fokus membahas tentang skenario jahatnya.
Bagian I, SKENARIO: Latar Belakang Dibuat, Bagaimana Dijalankan, Tujuan Akhirnya
RS tak benar dia membohongi anaknya. Tak benar pula dia membohongi orang-orang di lingkaran tertentu kubu pendukung Bo – San, Prabowo – Sandi. Sebenarnya dia memang disuruh untuk memainkan peran bonyok, abis dianiaya.
What? Iya, pada masih ingat gak sama tulisan saya terdahulu ini (klik di sini) bahwa kasus Ratna kemarin itu cuma strategi kampanye? Meski di situ belum gamblang saya gambarkan karena jujur, saat menulis itu memang saya cuma andalkan insting semata, namun, kejadian demi kejadian berikutnya seperti memenuhi praduga-praduga yang saya buat di artikel itu.
Nah, sekarang saya mau jabarkan dengan jelas. Semua tahu, sekarang ini ‘kan masa kampanye. Lazimnya, di masa kampanye begini, para peserta kontestasi akan bersaing, beradu cerdik dalam memainkan isu agar terus tersorot media, lalu di sela-selanya masing-masing lemparkan janji-janji kampanye.
Awalnya semua berjalan mulus. Gong kampanye yang dibunyikan KPU pada 23 September kemarin disambut dengan berbagai atraksi kampanye menarik dari kedua kubu yang lagi bertaruh menuju keterpilihan sosok presiden konstitusional pada 2019 mendatang.
Pada 23 September yang sama itu juga, di sebuah ruangan operasi bedah plastik di RS Bina Estetika, Jakarta, seorang perempuan 70 tahunan masih terbaring di meja operasi pengencangan kulit wajah dan area sekitar leher. Baru sehari kemudian dia keluar dari sana dengan kondisi wajah masih bengkak di beberapa titik di area yang tadi disebutkan. Perempuan itu, tak lain dari Ratna Sarumpaet yang terpaksa melewatkan moment pembukaan masa kampanye pilpres demi operasi tersebut.
Mendadak semuanya jadi terasa tak berimbang tatkala pada 28 September 2018, Gempa Palu dan Donggala terjadi. Serta merta atensi publik senegeri diarahkan ke sana. Tak terkecuali presiden yang untuk kontestasi pilpres kali ini terposisikan sebagai kubu petahana, juara bertahan.
Kubu petahana ini, selaku presiden sudah wajibnya untuk melibatkan diri secara total dalam penanganan Bencana Alam Palu. Maka, tanpa dapat dicegah, berita tentang bencana Palu otomatis ikut menyorot sang presiden selaku kepala negara yang lagi menjabat. Maka seiring topik tentang bencana Palu trending di media, presiden, sang petahana pun ikutan moncer.
Kubu Bo-San sadar tentang ini. Maka, bila mereka akan kampanye dengan cara yang biasa-biasa saja pasti percuma, kalah dengan topik terkait bencana Palu, yang artinya kalah porsi pemberitaan dari petahana. Karena itu perlu disusun sebuah skenario pengalihan perhatian agar mereka ikut tersorot.
Maka, kubu Bo-San yang disinyalir telah menyewa jasa seorang konsultan pemilu yang punya keahlian di bidang system big data internet dari Russia perlu mencari bahan untuk diolah sedemikian rupa agar sedapat mungkin berhasil membetot perhatian publik senegeri teralihkan dari bencana di Palu. Nyatanya memang kita senegeri benar-benar termakan strategi ini sejak 3 hari lalu.
Apa bahannya? Ya si Ratna Sarumpaet. Namun bagaimana bisa dia yang terpilih dalam desakan situasi sedemikian genting demi kalahkan porsi berita tentang Palu? Nanti akan terjawab. Lanjut saja dulu!