Kepada
Sdr Masinton.
Perkenalkan nama saya Rudy Suwandono. Saya tinggal di Jakarta Pusat. Saya memilih anda tahun 2014, tapi tahun ini 2019 saya tidak akan memilih anda, saya juga mengajak keluarga saya tidak memilih anda, juga partai anda: PDIP, saya akan pilih PSI yang anda sebut sebagai Odong-odong. Saya akan pilih PSI, karena saya kecewa pada anda, saya juga kecewa pada partai anda PDIP yang masih mempertahankan politisi macam anda. Padahal tahun 2014 saya mengerahkan keluarga saya, baik di Jakarta dan di luar negeri, khususnya di Australia untuk memilih anda. Karena anda sebelum masuk PDIP dikenal sebagai aktifis. Tapi sejak anda terlibat aktif menyerang KPK mulai tahun 2015, saya sangat menyesal telah memilih anda. Saya merasa tidak hanya buang-buang suara memilih anda, tapi saya merasa berdosa telah membantu politisi macam anda punya kekuasaan kemudian anda menyalahgunakan kekuasaan itu untuk menyerang KPK.
Rasa berdosa saya semakin menumpuk setelah anda dilaporkan memukul seorang perempuan hingga babak belur. Saya memohon ampun pada Allah Swt atas dosa memilih anda, sehingga kekuasaan ini membuat anda besar kepala dan berbuat sewenang-wenang. Kesombongan anda diperlihatkan baik dari tindakan dan ucapan. Bukankah anda yang pernah mengatakan ‘kambing dibedakin pun akan menang lawan Ahok’, ucapan anda dan tindakan anda yang menyerang KPK pun tidak bisa dimaafkan, ditambah bogem mentah anda pada seorang wanita.
Saya menyesal memilih anda. Tapi saya lebih menyesal mengapa parpol anda, PDIP masih mempertahankan politisi macam anda. Apa yang diharapkan PDIP dari orang sejenis anda? Tukang pukul yang bisa bermain kotor dan melakukan kesewenangan baik dalam ucapan dan tindakan? Harusnya anda memosisikan diri sebagai wakil rakyat dan pelayan rakyat bukan ‘petugas partai’ yang bisa bertindak apa saja selama partai melindungi.
Kesombongan anda yang menyebut PSI sebagai Odong-odong adalah bukti nyata, kesombongan anda sudah melalui batas. Kalau anda merasa hebat dan kuat, serta partai anda, mengapa merasa terancam dengan anak-anak yang anda sering ledek ‘bau kencur’ dan kini diejek sebagai ‘odong-odong’?
Bukankah pidato Grace Natali yang mengkritik partai anda karena terlibat dalam penegasan perda agama yang diskriminatif punya basis data dan argumen yang kuat? Kalau anda mau membantah maka bantah lah dengan data dan argumen bukan dengan ejekan, karena publik butuh pendidikan politik bukan penghakiman yang jadi ciri khas kaum kampret. Atau anda sudah menjadi kampret?
Saya merasa bersalah dan berdosa telah memilih anda hai Masinton. Pidato Grace Natali itu mewakili kekecewaan dan kemarahan saya. Dan saya akan menghukum anda dan parpol anda dengan memilih PSI!
Bye Masinton. Bye PDIP!
Rudy Suwandono