Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kemenkominfo sedang membangun satelit anyar yang akan dinamakan Satelit Indonesia Raya atau SATRIA. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesbilitas jaringan internet agar semakin inklusif. Rancangan untuk meluncurkan satelit ini bukan pertama kali dalam sejarah Indonesia.
Sejak tahun 1976, Indonesia sudah mempunyai teknologi satelit domestik. Satelit Palapa-A1 merupakan satelit pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Berkat teknologi satelit, penyiaran televisi bisa merata dari Sabang sampai Merauke. Pada masa Orde Baru, Satelit Palapa sangat penting kehadirannya.
Satelit domestik Palapa bisa meringkas jarak komunikasi nirkabel antar tempat di Indonesia yang mempunyai wilayah amat luas. Merujuk pada Bondan Winarno dalam JB Sumarlin: Cabe Rawit Yang Lahir Di Sawah (2012: 180-181), rencana untuk memiliki satelit domestik sudah direncanakan pemerintah sejak tahun 1969. Perusahaan yang berhak mengoperasikan satelit Palapa saat itu adalah Indosat.
Satelit Palapa diluncurkan pertama kali di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Peluncuran itu dilaksanakan pada 8 Juli pukul 19.30 waktu setempat. Presiden Indonesia saat itu, Suharto sangat bangga dengan peluncuran ini bahkan dirinya mengklaim bahwa Indonesia adalah negara ketiga di dunia, setelah Kanada dan Amerika Serikat, yang mempunyai satelit domestiknya sendiri.
Satelit Palapa kemudian dijadikan alat perluasan frekuensi penyiaran di Indonesia. Pada kenyataannya, Satelit Palapa memang berfungsi sebagaimana diharapkan. Melalui Satelit Palapa, Televisi Republik Indonesia (TVRI) bisa mengudara dan menyiarkan berita-berita pada warga Indonesia secara merata.
Pada perkembangannya, Satelit Palapa bisa merangsang tidak hanya kepada siaran milik negara saja. Karena memiliki satelit pribadi, Indonesia kemudian dapat dengan leluasa memperluas hak siar kepada swasta. Di era Orde Baru pula menjamur televisi milik swasta yakni Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Rajawali Citra Televisi (RCTI), dan Surya Citra Televisi (SCTV). Melalui ketiga stasiun televisi swasta tersebut, jangkauan dan keragaman informasi disajikan kepada warga Indonesia.
Revolusi Telekomunikasi
Pada abad 21, alat komunikasi mengalami revolusi dengan interval kemajuan yang pesat. Jika pada masa-masa awal satelit hanya mengakomodir siaran televisi dan alat komunikasi internasional, maka pada revolusi industri 4.0 kebutuhan satelit difokuskan untuk menginklusifkan jaringan internet.
Baru-baru ini pemerintah Indonesia mendapatkan penghargaan PFI Awards 2021 untuk kategori Telecom Deal of the Year di Kawasan Asia Pasifik. Penghargaan ini diraih atas rencana pemerintah dalam membangun jaringan internet yang bisa menjangkau pelosok Indonesia. Rencana untuk menginklusifkan jaringan internet ini dibangun melalui rencana peluncuran Satelit Multifungsi SATRIA.
Rencana proyek yang menghabiskan US$ 545 juta itu mendapatkan apresiasi internasional di tengah macetnya pembangunan akibat pandemi. Di saat negara lain tengah sibuk pada merebaknya pandemi yang menyita banyak perhatian pemerintah setempat, Indonesia malah berhasil mengatasi kedua persoalan utama. Persoalan pertama ialah pemerintah harus tetap fokus menekan angka meningkatnya jumlah kasus covid-19. Permasalahan kedua, pemerintah harus tetap mengembangkan jaringan komunikasi demi lancarnya pembangunan nasional.
Sebagian besar kas Indonesia dialokasikan untuk pemulihan ekonomi dan penanggulangan bencana covid-19. Untuk tetap memenuhi kebutuhan pembangunan satelit, Johnny G. Plate dan jajarannya mencoba untuk mencari dana talangan dengan tenor ringan. Akhirnya, cara ini pun berhasil. Indonesia sukses mendapatkan pinjaman sebesar US$ 431 juta dengan tenor 12 tahun untuk menjamin pembangunannya.
Satelit SATRIA akan bermanfaat bagi pengembangan jaringan komunikasi. Satelit ini diklaim mampu menyediakan Internet Broadband termasuk aksis WiFi gratis ke lebih dari 150.000 titik layanan publik di wilayah paling terpencil sekalipun. Menurut subjektivitas saya, pembangunan teknologi satelit SATRIA sangat tepat untuk menghapus kesenjangan digital di Indonesia.
Satelit Indonesia Raya atau SATRIA-1 direncanakan akan beropersi pada 17 November 2023. Satelit ini akan menyediakan kapasitas internet sebanyak 150 gigabit per second. Selain pada pembangunan satelit, pemerintah juga harus menyiapkan 11 stasiun bumi atau gateway. Johnny G. Plate dan jajarannya membuktikan bahwa pembangunan ini tidak bersifat Jawa-sentris. Hal itu dibuktikan dari 11 gateway yang sudah terencana, 10 titik di antaranya berada di luar Jawa. Keseluruhan titik tersebut berada di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura.
“Ke-10 pembangunan gateways ini masih dalam proses pengadaan lahan, karenanya saya tentu berharap, bahwa kepala daerah, tokoh masyarakat untuk membantu agar land back yang tidak seberapa besarnya juga bisa tersedia dengan baik,” ucap Johnny.