Vox Point Indonesia menggelar webinar dengan tajuk ‘Diskusi Politik: Politik Dinasti untuk Siapa?’ dengan narasumber Wempy Hadir, Mohammad Qodari, Yohanes Handojo Budhisejati, dan Rahayu Saraswati, calon wakil wali kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Menurut Saraswati diskusi tentang dinasti politik bukan tema yang baru, baik di Indonesia dan di dunia.
“Di negara lain sudah banyak, sudah mendarah daging. Bahkan dari ketiga calon pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Tangsel semuanya masuk dinasti politik juga,” jelas Saraswati.
Saraswati mengakui saat ia memutuskan terjun ke dunia politik, ia dipandang sebelah mata, Saraswati pun menyampaikan alasan dirinya terjun ke dunia politik.
“Tadinya saya tidak kepikiran untuk maju ke politik, karena saya lebih suka menjadi aktivis dan saya sangat idealis,” tutur Saraswati.
Kesadaran sosial Saraswati diperoleh dari ibunya sehingga Saraswati menjadi aktivis anti perdagangan manusia (human trafficking).
“Karena saya seorang aktivis itulah alasan saya memutuskan masuk ke politik dan ibu saya kaget ketika saya memutuskan untuk maju Pilkada,” katanya.
Saraswati juga menyayangkan adanya praktik money politic (politik uang) dalam sistem demokrasi di Indonesia. Dia dengan tegas menolak praktek itu.
“Ada yang menyarankan saya untuk tinggal bagi-bagi uang saja, tapi itu bukan ideologi saya,” ujarnya.
Saraswati mendorong masyarakat untuk bisa berpikir kritis dalam memilih calon pemimpin. Karena dengan begitu masyarakat pun bisa menyaring calon pemimpin mereka.
“Jadi untuk siapa dinasti politik ini? Masyarakat harus bisa melihat rekam jejak calon pemimpinnya, motifnya apa. Calon pemimpin punya “privilege” untuk berada di posisinya, tapi apa yang akan dilakukan dengan “privilege” tersebut? Tentunya untuk membantu orang lain. Menjadi voice of the voiceless,” pungkas Saraswati.