Oleh: Mohamad Guntur Romli*)
Untuk kesekian kalinya, Neno Warisman ditolak. Hari Sabtu kemaren ditolak di Riau, setelah sebelumnya Neno Warisman ditolak di Batam, Depok dan beberapa tempat lainnya. Neno Warisman adalah pentolan Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden. Kegiatannya murni politik praktis, tapi sering dibungkus dengan istilah pengajian, tabligh akbar dan ceramah.
Neno Warisman adalah jurkam Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden tapi untuk menipu publik, dia dikenalkan sebagai penceramah dengan sebutan ustadzah, yang kita tidak tahu dapat darimana gelar ini, meskipun Neno Warisman tidak punya latar belakang pendidikan agama. Kita masih muak dengan melakukan ustadz jadi-jadian seperti Evie Effendi yang menyebutkan Nabi Muhammad pernah tersesat.
Beginilah kalau ustadz/ustadzah abal-abal dibiarkan ceramah, akan ngawur seperti Evi Effendi, atau bertujuan politik, kampanye dan provokatif seperti Neno Warisman. Karena mereka tidak paham agama, bagaimana mungkin mereka ceramah tentang agama, seperti dalam pepatah Arab faqidus syai’i la yu’thihi (orang yang tidak memiliki sesuatu maka tidak akan pernah bisa memberikan apa-apa).
Pertanyaan yang sering diajukan, mengapa ada gelombang penolakan terhadap Neno Warisman dan Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden di mana-mana? Jawabannya adalah gelombang penolakan itu merupakan puncak kemuakan masyarakat terhadap propaganda sesat dan cara-cara licik yang digunakan Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden.
Gerakan 2019 Ganti Presiden Adalah Makar!
Kenapa muak? Karena Tagar 2019 Ganti Presiden adalah propaganda sesat tapi dikemas dengan isu SARA. Tagar 2019 Ganti Presiden disebut sesat karena tahun 2019 tidak mengenal istilah “ganti presiden”. Kalau yang dimaksud tanggal 17 April 2019 bukan “ganti presiden” tapi pemilihan presiden dan pemilihan legislatif (pilpres dan pileg). Tahun 2019 dimulai tanggal 1 Januari 2019, kalau mereka mau ganti presiden dari tanggal ini, jelas-jelas perbuatan makar. Bahkan Pakar Hukum sekaligus Guru Besar di Universitas Padjajaran Romli Atmasasmita dengan tegas menyebutkan Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden adalah upaya makar terhadap pemerintahan yang sah.
http://m.tribunnews.com/…/pakar-hukum-romli-atmasasmita-seb…
Tagar 2019 Ganti Presiden Adalah Proyek Pengalihan Isu!
Saya sendiri sejak awal kemunculannya Tagar 2019 Ganti Presiden ini hanyalah upaya pengalihan isu dari kasus korupsi yang mendera politis PKS yang menerima suap pakai istilah juz Quran dan pengalihan isu dari konflik internal PKS. Inisiator Tagar 2019 Ganti Presiden adalah Mardani Ali Sera, salah satu ketua DPP PKS.
Maka, agar opini publik tidak fokus pada kasus korupsi politik PKS yang memalukan dan gontok-gontokan antar elit PKS, dilemparkan isu ke publik melalui Tagar 2019 Ganti Presiden. Upaya ini lumayan berhasil yang bisa menghimpun lawan-lawan Jokowi, karena saat itu mereka sudah ngebet ingin ganti Presiden Jokowi, meskipun pada akhirnya mereka akan pecah-belah karena masing-masing dari mereka punya calon yang ingin ganti Presiden Jokowi.
(Silakan baca tulisan saya ini: Gerakan Ganti Presiden Hanyalah Pengalihan Isu dari Kasus Korupsi Politisi dan Konflik di PKS yang Sangat Memalukan
http://www.gunromli.com/…/gerakan-ganti-presiden-hanyalah-…/)
Saat ini Tagar 2019 Ganti Presiden pun menjadi proyek pengalihan isu kembali. Lawan Jokowi hanya satu: Prabowo, tapi kenapa yang diramaikan masih Tagar 2019 Ganti Presiden, bukan 2019 Presiden Prabowo, misalnya. Karena Tagar ini ingin mengalihkan isu dari soal Jenderal Kardus (sebutan Andi Arief kepada Prabowo) dan isu uang politik (mahar) yang menurut Andi Arief, Sandiaga Uno memberikan uang 500 M ke PAN dan PKS. Andi Arief merupakan elit partai Demokrat yang menjadi anggota Koalisi Prabowo-Sandi, namun hingga saat ini terus menyerang Sandiaga Uno. Nah untuk menutupi soal jenderal kardus, mahar 500 M dan perpecahan di koalisi Prabowo-Sandi diramaikan lagi Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden.
Kesimpulannya: Tagar 2019 Ganti Presiden adalah propaganda sesat (bahkan upaya makar menurut ahli hukum Romli Kartasasmita) dan hanyalah pengalihan isu dari kasus korupsi PKS, konflik internal PKS, soal “jenderal kardus” dan isu politik uang (mahar) yang menurut Andi Arief, elit Partai Demokrat (anggota koalisi Prabowo-Sandi) Sandiaga Uno memberikan uang kepada PAN dan PKS agar didukung menjadi Cawapres Prabowo.
Politisasi Ibadah Haji dan Propaganda Politik di Tanah Suci
Cara-cara yang dilakukan oleh Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden juga membuat masyarakat makin muak.
Yang terbaru, bagaimana mereka melakukan politisasi ibadah haji dan membuat propaganda politik di Tanah Suci. Sudah viral di media sosial, penganut Tagar 2019 Ganti Presiden secara norak melakukan propaganda, mengusung kaos dengan Tagar 2019 Ganti Presiden yang diarak.
Bahkan dalam pakaian ihram pun yang seharusnya mereka melepaskan segala keterkaitan duniawi dengan memakai 2 helai kain putih tak berjahit, tapi mereka membawa-bawa kaos dengan Tagar 2019 Ganti Presiden yang kemudian dengan bangga mereka sebarkan di media sosial. Spanduk-spanduk yang mereka pasang di jalanan, stiker-stiker yang mereka paksa ditempel di mobil-mobil, dan masih banyak kelakuan norak mereka, dan ini semua mereka lakukan saat ibadah haji dan di Tanah Suci.
selain propaganda sesat, Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden jg gak pernah liat tempat, jgankan Gerai Markobar Gibran yg gak ada hubungannya, di Tanah Suci saja mrk berani nyampah | Aksi Ganti Presiden di Markobar Gibran Jadi Sorotan Publik https://t.co/zk2TKwQh5S pic.twitter.com/KVeRoWBj76
— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) August 25, 2018
Aksi-aksi norak mereka memancing kemarahan umat Islam di Indonesia dan mempermalukan umat Islam Indonesia tidak hanya pada Pemerintah Arab Saudi tapi ke seluruh jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Masjid Dijadikan Tempat Kampanye Politik
Gerombolan 2019 Ganti Presiden juga sering memanfaatkan masjid sebagai tempat propaganda. Masjid bagi mereka buka lagi rumah ibadah, tapi tempat kampanye. Liur politis mereka menetes melihat jamaah yang berkumpul di masjid yang niatnya beribadah untuk Allah, kemudian mereka belokkan untuk kampanye politik. Ini jelas-jelas berbahaya dan bikin muak masyarakat.
Spanduk Pengajian #2019GantiPresiden Terpajang di Masjid di Ciledug
https://m.detik.com/…/spanduk-pengajian-2019gantipresiden-t…
Baliho Raksasa #2019GantiPresiden Dipasang di Masjid di Medan
https://m.kumparan.com/…/baliho-raksasa-2019gantipresiden-d…
Berkoalisi dengan Kelompok Radikal
Viral di media sosial inisiator Tagar 2019 Ganti Presiden Mardani Ali Sera bersama dua tokoh dari mendiang HTI, ormas radikal yang dibubarkan pemerintah. Mardani teriak “2019 Ganti Presiden” sementara Ismail Yusanto teriak “2019 Ganti Sistem”, mereka berdua sambil ketawa-ketawa senang.
Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden berkoalisi dgn Kelompok Radikal yg mau ganti sistem Republik Indonesia, jgn lupa juga, Parpol2 pendukung tagar ini mrk menolak Perppu Ormas, krn mrk ingin memberi ruang pd kelompok2 radikal pic.twitter.com/l5MT5s1AJL
— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) August 25, 2018
Hubungan antara parpol yang menginisiasi Tagar 2019 Ganti Presiden dan ormas radikal bukan isapan jempol. Sebelum ini parpol-parpol itu menolak Perppu Ormas yang berisi ketegasan negara kita terhadap ormas radikal, termasuk HTI. Gerindra, PKS, PAN menolak Perppu Ormas. Parpol-parpol ini yang mengaku parpol Indonesia dan menerima uang dari rakyat Indonesia tapi berselingkuh dengan organisasi yang anti bahkan ingin mengubah sistem Indonesia, mulai dari sistem dasar negara, sistem bentuk negara, sistem hukum dan perundang-undangan serta semuanya. Mereka ingin mengubah sistem di Indonesia.
Media kita melaporkan adanya spanduk-spanduk yang berisi logo PKS, HTI, Tagar 2019 Ganti Presiden dengan dukungan pada sistem Khilafah.
Logo HTI dan PKS di Spanduk Deklarasi #GantiPresiden Pontianak, Tertulis Tegakkan Khilafah
http://pontianak.tribunnews.com/…/heboh-logo-hti-dan-pks-di…
Spanduk PKS-HTI Dukung #2019GantiPresiden Mejeng di Bandung
https://m.detik.com/…/spanduk-pks-hti-dukung-2019gantipresi…
dan masih banyak di tempat lainnya.
Intimidasi dan Persekusi yang Dilakukan Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden melecehkan seorang ibu dan anak di CFD di Jakarta 28 April 2018 dan kasus ini masih berlanjut. Seorang ibu disawer duit, dicolok-colok dengan pisang, dipegang-pegang, belum lagi kata-kata kotor dan ini diperlakukan di depan anaknya.
Kemuakan masyarakat thdp Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden ini sudah lama, ini contoh provokasi, intimidasi & pelecehan yg mrk lakukan, selain politisasi ibadah haji, jd klau skrang ada penolakan dimana2 sungguh wajar. Provokasi mrk akan dilawan! #HentikanProvokasi pic.twitter.com/MrMNImyrff
— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) August 25, 2018
Pelecehan juga menimpa pendukung Jokowi yang lain, yang disoraki, disawer duit, dilecehkan, padahal orang yang berkaos Tagar Gerombolan 2019 Ganti Presiden aman-aman saja di barisan pendukung Jokowi saat itu.
Aksi simpatik pendukung Jokowi #DiaSibukKerja yg menghormati mrk yg pakai kaos Ganti Presiden ini luar biasa, jangan terpancing pakai cara2 preman, intimidatif & melecehkan (meski sangat bisa) yuk, berdemokrasi yg sehat, tetap hormati yg berbeda pilihan pic.twitter.com/O8b8oAyjvQ
— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) April 29, 2018
Fakta-fakta di atas yang dilakukan oleh Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden yang membuat masyarakat muak, dan puncaknya adalah gerakan perlawanan dan penolakan.
Respon Aparat Sudah Tepat
Tak sedikit yang mempertanyakan bahkan menyerang respon aparat keamanan yang membubarkan Aksi Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden ini, padahal dua massa baik yang pro dan kontra sudah berhadapan di jalan, kalau tidak diambil sikap tegas, maka akan berujung pada bentrok, kekacauan, dan korban berjatuhan.
Fenomena ini menunjukkan Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden adalah gerakan pemecah belah umat dan anak bangsa. Gerombolan ini hanya ingin menciptakan konflik sipil. Tak sedikit yang berpendapat bahwa rekayasa konflik sipil seperti di Suriah sedang dilaksanakan di Indonesia. Maka, kira perlu waspada agar tidak terkenal konflik sipil ini.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak masyarakat untuk kembali pada aturan politik kita, bahwa 2019 adalah Pemilihan Presiden bukan Pergantian Presiden. Kalau mau terlibat dalam kontestasi ini, maka usung dan promosikan calon kalian dengan sportif, fair dan simpatik tapi kalau menggunakan opini sesat dan cara-cara yang provokatif dan intimidatif jangan salahkan akan lahir gerakan penolakan dan perlawanan terhadap Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden.
Penolakan terhadap Neno Warisman dan Kemuakan Masyarakat terhadap Gerombolan Tagar 2019 Ganti Presiden
Mengapa…
Posted by Mohamad Guntur Romli on Sunday, August 26, 2018
*)Mohamad Guntur Romli, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Ma’ruf Amin