Penipuan online masih terus marak. Penipuan uang dengan berbagai modus termasuk mama minta pulsa, masih terus dijalankan oleh oknum tertentu.
Bahkan penipuan dengan meminta meng klik apk tertentu juga dilancarkan oleh para oknum dengan menargetkan untuk mengeruk data pribadi pengguna telepon genggam sehingga bila ada data keuangan baik itu uang digital maupun m banking akan bisa dibuka oleh oknum pengirim sehingga uang yang ada pada uang digital maupun simpanan di bank akan bisa disedot habis oleh oknum tersebut.
Sebagai institusi pemerintah, Kominfo tentu menyadari apa yang terjadi pada masyarakat dan berusaha menanggulanginya atau minimal menguranginya.
Untuk mengurangi bahkan meniadakan hal tersebut maka yang utama adalah meningkatkan literasi digital masyarakat.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggandeng 12 perguruan tinggi untuk meningkatkan literasi digital. Pasalnya, literasi digital di Indonesia, khususnya mengenai digital safety, masih paling rendah.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kominfo, dari skala 1 sampai 5, indeks literasi digital Indonesia di angka 3,54. Dari empat pilar yang didorong untuk lakukan literasi digital, pilar digital safety yang paling ambrol.
“Penipuan online ini sangat tinggi di Indonesia. Laporan ke kami tahun lalu sudah lebih dari 130 ribu,” ujar Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan ditemui di Jakarta, Kamis malam (23/2/2023).
Tidak hanya soal digital safety, tetapi literasi digital secara umum dapat turut meningkat dengan adanya kerjasama yang dilakukan Kominfo dan perguruan tinggi.
“Kalau masyarakat bisa membentengi dirinya untuk menghindari berbagai penipuan secara online, maka indeks literasi safety kita akan naik, sehingga kita bisa lebih fokus lagi ke literasi skill, budaya dan etika,” ungkap Semuel.
“Ini yang kita harapkan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset-riset, materi pembekalan supaya kita bisa mulai dari perguruan tinggi sehingga jejaring kami yang hadir pada malam ini bisa bersinergi bersama-sama,” sambungnya.
Kominfo menargetkan indeks literasi digital Indonesia yang saat ini di bawah rata-rata, dapat meningkat sampai poin 4 pada tahun 2024.
Target kami di akhir Pemerintahan Joko Widodo ini indeksnya mencapai 4. Jadi, kita sudah baik, sekarang kan sedang. Kita maunya baik, habis itu kita menuju sempurna,” pungkasnya.
Adapun ke-12 perguruan tinggi diajak kerjasama, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, Universitas Tidar, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas Esa Unggul, Universitas Nahdlatul Ulama NTB, Universitas Muhammadiyah Aceh, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Surakarta, Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, serta Institut Teknologi PLN.
Langkah yang dilakukan oleh Kominfo ini menurut penulis samgatlah tepat. Akademisi dengan segala keilmuannya serta idealisme yang melekat sangatlah cocok untuk membuat kajian ataupun riset bagi kemaslahatan masyarakat luas, apalagi Universitas yang dipilih oleh Kominfo berada menyebar di banyak daerah sehingga sample yang diambil tentunya akan bisa mewakili keberadaan seluruh rakyat Indonesia dengan segala kearifan lokalnya.
Hasil kajian yang nantinya dihasilkan oleh Universitas Universitas tersebut tentunya akan menjadi tiang pancang kebijakan Kominfo dalam meningkatkan literasi digital khususnya keamanan digital sehingga masyarakat tidak akan mudah lagi ditipu oleh penipu online.
Akan lebih baik lagi kalau nantinya mahasiswa tingkat akhir dari universitas tersebut juga ditugaskan sebagai penyuluh digital ketika mereka melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata), yang biasanya dilakukan di pedesaan, sehingga informasi tentang keamanan digital dapat tersebar sampai ke desa desa di Infonesia.
Bagaimana menurut teman-teman?
Salam Narasiki, Sis Duwur.
Sumber :
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6587939/jurus-kominfo-biar-warga-ri-tidak-mudah-terjerat-penipuan-online