Digitalisasi sudah menjadi pilihan pemerintah untuk membuat pelayanan masyarakat yang efektif dan efisien.
Sebagai komandan Kominfo, Johnny Plate tentunya adalah sosok yang paling bertanggung jawab perihal digitalisasi pelayanan masyarakat ini.
Untuk mendukung tercapainya tujuan pemerintah, maka sangat perlu faktor pendukungnya yaitu pusat data nasional yang dapat menjangkau ke seluruh Nusantara.
Dengan luasnya wilayah Indonesia, pemerintah melalui Kominfo telah memutuskan akan membuat empat pusat data nasional yaitu di Jabodetabek, Batam, Balikpapan dan Labuhan Bajo.
Pemilihan ke empat lokasi tersebut tentunya mempertimbangkan semua aspek yang ada terutama untuk menjangkau keseluruh Indonesia dan mengantisipasi pemindahan ibukota Pemerintah yang sudah diumumkan oleh Presiden.
Pada saat kunjungan lapangan ke Batam, Menkominfo melihat langsung lokasi yang akan digunakan sebagai tempat Pusat Data Nasional yang akan segera dibangun.
Pemilihan Batam, khususnya wilayah Nongsa sebagai lokasi pusat data nasional dikarenakan di kawasan tersebut sudah terbangun fiber optic yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia bagian barat.
Jabodetabek dipilih karena saat ini pusat pemerintahan dan pusat bisnis nasional masih berada di Jakarta.
.
Pemilihan Balikpapan tentunya sebagai persiapan untuk mengantisipasi perpindahan ibukota ke wilayah Penajam, Kalimantan Timur dan Labuhan bajo sebagai hub yang menghubungkan ke wilayah Indonesia bagian timur.
Menurut Johnny Plate, secara nasional konsumsi data Indonesia saat ini adalah 1 watt per kapita atau setara dengan 270 atau 300 megawatt. Jika dapat meningkatkan konsumsi menjadi 10 watt per kapita, maka dibutuhkan sekitar 2,7 gigawatt listrik.
Jika dibandingkan dengan Singapura, angka tersebut tidak begitu tinggi. Sebab konsumsi data per kapita Singapura mencapai 100 watt per kapita.
Dengan peningkatan konsumsi data yang pesat serta bertumbuhnya ekonomi digital Indonesia maka ini akan membuka peluang untuk investasi pusat data di Indonesia.
Oleh karena itu, Johnny menilai keberadaan data center yang dibangun di Jabodetabek dan Batam, diharapkan dapat mendorong tumbuhnya investasi pusat data di Indonesia.
“Kedua kawasan ini merupakan contoh kawasan yang secara profesional telah siap menjadi Kawasan Ekonomi Digital Khusus. PDN pertama dibangun di Jabodetabek, Kawasan Deltamas Industrial Estate. Pusat data kedua dibangun di kawasan Nongsa Digital Park, Batam. Kedua PDN ini terhubung dan redundancy, sehingga bisa saling memberikan dukungan layanan data,” pungkasnya.
Perkiraan prognosis ekonomi digital Indonesia tahun 2025 sekitar 124 milliar dollar AS, sedangkan tahun 2030 diprediksi mencapai 315 milliar dollar AS. Itu merupakan 42 persen dari proyeksi digital ekonomi ASEAN, sehingga sangatlah wajar kalau kita akan banyak membutuhkan pusat data untuk melayani kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Yang menjadi masalah dan harus segera dipecahkan oleh departemen lain adalah meningkatnya ekonomi digital Indonesia tidak dibarengi dengan meningkatnya produk dalam negeri Indonesia dalam ekonomi digital tersebut.
Tentunya ini bukan menjadi tugas Kominfo tetapi menjadi tugas kementrian yang lain seperti Kemenkop dan Perindustrian.
Meningkatnya porsi produk umkm nasional dalam ekonomi digital nasional akan memperbaiki rasio gini nasional dan penyebaran pendapatan nasional juga akan terjadi sehingga akan memperkuat ketahanan nasional kita.
Kementrian Koperasi dan Kementrian Perindustrian harus bisa mengimbangi gerak langkah cepat Kominfo untuk meraih peluang pertumbuhan ekonomi digital yang begitu pesat.
Sebagai masyarakat pengguna, kita semua menunggu pemenuhan janji Johnny Plate selaku Menkominfo yang mengomandani proses digitalisasi di Indonesia, begitu juga Kementrian Koperasi dan Kementrian Perindustrian, sebagai pendorong berkembangnya kesejahteraan masyarakat melalui koperasi dan umkm.
Bagaimana menurut teman-teman?
Salam Narasikita, Sis Duwur.
Sumber :