Amin Rais belum habis. Tokoh gaek satu ini kembali bikin ulah. Tapi, menjadi wajar apabila kita mau sedikit berlelah capek menelusuri perjalanan karir politiknya.
Pada era 90an, nama Amin Rais begitu dielu-elukan senegeri. Maklum, sebagai akademisi UGM, dia saat itu terlihat paling intens menyuarakan isue-isue sosial di tengah kakunya era tyrani Soeharto.
Namun, bak memenuhi pepatah, orang tua satu ini sempurna sebagai contoh From Hero to Zero. Apa pasal? Tidak lain karena begitu reformasi merekah, buru-buru dia menglaim diri sebagai paling berjasa. Sebetulnya sampai di klaim itu saja, publik senegeri mungkin masih bisa maklum karena memang saat itu mukanya sering menghiasi media.
Namun, demi melihat rekam jejaknya selanjutnya, publik jadi tahu kalau dia ini sebetulnya opurtunis yang berangan-angan muluk mau menggapai Kursi RI 1 dengan mulus. Nyatanya, klaim dia kalau paling berjasa dalam menerbitkan matahari reformasi itu belakangan dikoreksi oleh eksponen 98. Itu tidak benar. Yang benar-benar menggulingkan Soeharto itu mahasiswa bersama rakyat, bukan dia.
Publik semakin dibuat muak tatkala dia menjadi sosok sentral ketika menolak Megawati menjadi presiden, hingga tampillah Guru Bangsa yang dalam kekurangannya mau tidak mau harus menjadi presiden, Gus Dur. Eh, setelah Gus Dur yang rela menjadi ksatria tumbal demi tetap tegaknya NKRI jadi presiden, Amin Rais pulalah yang jadi otak dari drama penggulingan Kiai Bangsa ini dari singgasananya.
Betul, Amin Rais memang sempat tercatat di sejarah bangsa ini mencapai puncak karir politik ketika menjabat sebagai Ketua MPR. Namun, rupa-rupanya itu belumlah mengenyangkan hasrat berkuasa yang kadung meraksasa dalam tubuhnya yang makin renta ini.
Seiring pamor PAN meredup, Amin Rais perlahan tapi pasti pun ikut menuju titik nadir dari karir politiknya. Petaka memuncak baginya tatkala orang macam Jokowi yang kemudian naik menjadi presiden. Tukang kayu dari Solo ini, meski dari segi fisik seperti kurang meyakinkan untuk membasmi sarang-sarang mafia dan perkoncoan di balik praktek KKN antar elite di negeri ini, nyatanya berhasil membuat tiang-tiang penyangga eksistensi kiprah politik Amin di negeri ini tumbang satu per satu.
Itulah sekilas gambaran tentang kakek tua yang masih ngotot memelihara mimpinya jadi penguasa negeri ini di satu sisi namun yang di sisi lainnya menemui karang kokoh berupa Jokowi untuk mewujudkan mimpi. Alih-alih dia berhasil membuat Jokowi terpental dari kursi presiden, yang terjadi PAN, partai yang membesarkan si kakek tua ini malah ikut-ikutan makin nyungsep.
Barangkali, ya barangkali nih, karena di ujung keputusasaan akibat ketidakmampuannya menundukkan si tukang kayu nan ceking, Amin lantas mengerahkan semua anaknya terjun ke politik walau semua juga tahu tak ada satupun anaknya yang mumpuni terjun ke dunia penuh intrik tersebut. Alhasil, bukannya anak-anaknya tersebut mampu membantu memulihkan citra buruk ayahnya, malah bikin si ayah terlihat makin payah.
Buat bantu sang ayah tunaikan sumpahnya jalan kaki Jogja – Jakarta saja tidak bisa, salah satu anaknya malah terlibat dalam persekongkolan jahat di seputaran kasus HOAX Ratna Sarumpaet yang melegenda yakni Hanum Rais, dokter gigi yang tega menggadaikan kadar intelektualismenya demi syahwat politik Rais se-trah.
Barangkali masih menjadi bagian dari ekspresi keputusasaannya pula menghadapi keperkasaan seorang Joko Widodo, beberapa hari lalu dia sampai membuat pernyataan publik nan goblok, “Meikarta mangkrak karena Jokowi ugal-ugalan” (Tempo.co, 27/11/2018).
Pak Amin, Berpolitik di Senjakala Umur yang Kian Uzur Boleh, Goblok Jangan!
Benar-benar kasihan sebetulnya dengan orang tua satu ini. Bukannya sibuk menimang cucu, malah menyibukkan diri dengan narasi-narasi politis yang tiada guna.
Pernyataannya barusan contohnya. Ini makin menandakan kalau Amin Rais makin menuju liang kubur, makin mabuk kuasa. Uzurnya usia membuatnya makin terlihat bodoh. Bagaimana bilang tidak,
- Dia sepertinya lupa bahwa justru elit PAN dalam diri Zulkifli Hasan yang paling banyak berceloteh ceria tentang Meikarta. Puji-pujiannya tentang Meikarta tersebar di banyak jejak. Contohnya berikut ini:
Jejak berita seputar omongan Zulkifli Hasan tentang Meikarta Selain itu, Didiek R. Rachbini yang juga orang PAN ada dalam susunan direksi Lippo, pemilik Meikarta. Terlihat, kan? Bagaimana bebalnya seorang Amin Rais?
- Darimana dasarnya sehingga ada kesimpulan konyol bahwa Meikarta mangkrak akibat Jokowi ugal-ugalan? Meikarta tidak mangkrak.
Camkan! Meikarta masih terus membangun. Bahwa Meikarta sedang menghadapi tuntutan hukum, itu soal lain. Meikarta adalah korban dari budaya kolutif yang ada pada birokrasi. Meikarta akan mulus dari jerat hukum apabila kolusi tak ada di seputar pengurusan izin operasionalnya kemarin. Lantas, apakah kalau pejabat di seputar perizinanannya yang kemudian keciduk akibat jerat hukum yang ada atas praktek kolusi yang mereka lakukan, Jokowi yang dijadikan penyebabnya?
Ini yang membuat saya jadi teringat omongan seorang teman di sebuah grup WA beberapa bulan lalu, “Mungkin perlu diruwat dan gantikan namanya dari A-min menjadi A-plus biar Pak Amin Rais ini sesekali bisa bikin pernyataan publik yang argumentatif”. Lucu, tapi ada benarnya.
Akhir kata, demi menyimak ini semua dari atas, rasa-rasanya saya ingin menirukan Bang Iwan bernyanyi, “Pak tua…, sudahlah!”(*)
SUMBER:
- https://nasional.tempo.co/read/1149944/amien-rais-sebut-meikarta-mangkrak-karena-jokowi-ugal-ugalan
- https://properti.kompas.com/read/2017/09/30/200000121/ketua-mpr–jangan-nilai-meikarta-negatif-sebelum-lihat-langsung
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171001220632-92-245442/ketua-mpr-puji-pembangunan-meikarta
- https://www.jawapos.com/ekonomi/30/09/2017/tepis-isu-miring-zulkifli-hasan-ajak-masyarakat-lihat-meikarta