Johnny Plate sidak pembangunan Pusat Data Nasional pertama di Indonesia walau kementerian yang dipimpinnya kini tengah disorot dalam kaitannya dengan dugaan kasus korupsi yang melibatkan BAKTI Kominfo serta isu resuffle yang tak jua reda.
Dicanangkan oleh pemerintah bahwa Pusat Data Nasional ini bertujuan untuk mengumpulkan, memusatkan, dan menyatukan data-data yang selama ini begitu beragam. Kementerian, lembaga, dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data publik bisa menyimpannya sendiri.
Potensi terjadinya kebocoran data, sangat besar, dan masing-masing bisa saling lempar tanggung jawab. Nah, beberapa waktu lalu, toh sudah terjadi bagaimana lembaga ini dan itu bocor, dan masing-masing seolah lepas tangan. Kominfo yang kena tunjuk dan tonjok. Padahal tidak sepenuhnya demikian.
Data masyarakat yang dikumpulkan, disentralisasikan dengan pembuatan PDN. Akan ada empat pusat data, pertama dan sudah mulai terlihat hasilnya ada di Bekasi. Proses pengerjaannya diperkirakan selama 24 bulan, pada Oktober 2024 mendatang diharapkan sudah selesai. Awal 23, sudah berjalan 8% lumayan cepat, apalagi jika lebih cepat lagi.
Apa sih maksudnya pembangunan PDN ini? Jelas sebagaimana presiden menghendaki Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik memerlukan Pusat Data yang mumpuni. Masyarakat sangat terbantu dengan pengurusan perizinan, pengurusan legalisasi, dan surat menyurat yang selama ini begitu rumit, lama, dan sering dengan pungutan bisa menjadilebih cepat, transparan, dan pastinya modern.
UMKM, di mana menyumbang 60% ekonomi negara ini lebih terbantu dengan digitalisasi. Mereka bisa lebih cepat memasarkan dan mendapatkan pangsa pasar. Lagi-lagi efisien dan efektif. Waktu produktif bisa menjadi lebih berdaya guna.
Konon orang Indonesia menggunakan ponsel paling lama dalam satu hari di dunia. Ini potensi, secara ekonomi, politik, dan juga ketahanan negara. Namun bisa menjadi bumerang, ketika mereka lemah dalam literasi digital.
Potensi bagus pemasaran itu sirna, ketika dibanjiri dengan informasi palsu secara politik atau ideologis. Literasi digital yang akan meningkatkan kemampuan publik memanfaatkan dunia digital untuk menghasilkan.
Konten kreator, talenta digital, bukan malah menjadi ajang caci maki dan tipu-tipu. Begitu banyak publik terkelabui dengan cara digital. Ini potensi yang bisa dikembangkan, diubah, dan menjadi peluang baik, bukan malah menjadi bencana.
Pusat Data Nasional yang dibangun berkelas dunia. standart terbaik secara global. Lebih jauh lagi dan penting adalah pembangunan yang ramah lingkungan. Hal yang sangat tidak mudah, namun toh bisa berjalan dengan baik.
Pembangunan ini sangat membantu program Kominfo untuk mengembangkan literasi Digital, Talenta Digital, dan Digital Leadership Academy. Membangun masyarakat dalam pemanfaatan dunia digital secara baik dan maksimal. Potensi ada, namun belum tergarap sepenuhnya.
Contoh konkret bagaimana Johnny Plate selaku Menkominfo saja menjadi korban hoaks, atau Roy Suryo, pakar telematika, sekelas mantan menteri saja terjerat UU ITE. Ini kan maaf naif, bagaimana dunia digital bisa menjadi bumerang tanpa literasi yang mumpuni.