
Smart City aka kota cerdas bukan hanya didukung oleh infrastruktur cerdas, e-governance yang mumpuni, smart dalam economy dan environment tapi juga tak kalah pentingnya smart people termasuk leadernya dong. So pasti, tanpa leader yang visioner atau dalam konteks kekinian disebutnya digital leader maka sulit mewujudkan program 100 smart city di Indonesia yang menjadi program Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan.
Berkaca dari DKI, kota ini menjadi model pengembangan Smart City yang membangun sistem dan platform dengan berbagai sumber daya untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Mantan Gubernur yaitu Pak BTP membangun sistem dengan pengelolaan maksimal.
Penerusnya tinggal melanjutkan tapi masalahnya pengelolaannya tidak maksimal. Terbukti, DKI termausk maksimal dalam membelanjakan TI tapi tidak mengelolanya dengan maksimal. DKI sebagai smart city dengan akses internet yang memadai dan berbasis TI tapi belakangan mengalami kemunduran.
Di sisi lain , smart city harusnya bisa memanfaatkan dan mengelola Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lainnya sehingga warganya bisa hidup nyaman aman dan berkelanjutan. Lagi-lagi butuh sosok leader atau pemimpin yang berani membuat terobosan, tidak fokus pada pencitraan, hasrat untuk mempertahankan tahtanya tapi mau bekerja dengan cerdas dan efektif serta maksimal. Mencari pemimpin yang macam begini yang langka. Butuh pemimpin yang bebas tapi bertanggung jawab membuat gebrakan tanpa tersandera oleh berbagai kepentingan. Lagi-lagi langka sekali pemimpin seperti ini.
Pada tahun 2045, diperkirakan 82,37% penduduk Indonesia hidup di kota. Ini jelas tantangan, potensi sekaligus kesempatan mewujudkan kota masa depa yang lebih baik. Membangun kota yang yang cerdas dan berdaya saing dengan tata kelola cerdas jelas membutuhkan leader yang haru siap mengantisipasi dan menjadi digital leader untuk bisa mewujudkan kota cerdas ini.
Dengan jumlah penduduk yang tinggal di kota yang makin meningkat, kebijakan dan strategi pengembangan perkotaan nasional menjadi sangat urgen. Kominfo juga ikut memberikan perhatian secara serius untuk hal ini.
Di tahun 2022 ini Kominfo melalui Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan Ditjen Aptika akan melakukan pendampingan penyusunan master plan atau rencana induk Smart City bagi 50 kabupaten dan kota terpilih.
Pemerintah terus secara konsisten menyelenggarakan Gerakan Menuju Smart City dengan meningkatkan sinergi kementerian, lembaga atau pemerintah daerah termasuk Kominfo sendiri yang intens melakukan pendampingan hingga saat ini.
Kementerian Kominfo terus secara konsisten menyelenggarakan program ini melalui sinergi dengan kementerian dan lembaga yang terkait, termasuk Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Dalam Negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kantor Staf Presiden (KSP).
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate mendorong kolaborasi mewujudkan Gerakan Menuju Smart City (Kota Cerdas) di Indonesia. Kolaborasi ini, kata Johnny, untuk memperluas titik pertumbuhan digital di seluruh Indonesia.
Tantangan implementasi Gerakan Menuju Smart City 2022 sebenarnya ada di dalam diri para pemimpin. Merekalah yang harus terdepan dalam menghadirkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk menghasilkan policy making yang tepat untuk wilayah-wilayah atau kota-kota cerdas di wilayah mereka masing-masing.
https://indonesiabaik.id/infografis/menuju-100-smart-city-1
https://kominfo.go.id/content/detail/11656/langkah-menuju-100-smart-city/0/sorotan_media