Ucapan busuk keluar dari mulut busuk. Mulut busuk tercermin dari hati yang busuk. Itu yang saya percaya. Melihat Fadli Zon menyebut staf khusus milenial presiden hanya seperti lipstick, pajangan, saya naik pitam.
Apalagi ada perempuan yang memiliki difabilitas di sana. Fadli Zon menghina Indonesia, menghina kaum yang berbeda dengan kita secara umum. Mulut busuk Fadli Zon ini memperlihatkan sebuah kenyataan bahwa orng ini sudah tidak layak jadi wakil rakyat.
Cuma lipstick aja, pajangan aja lah itu.
Kata Fadli Zon di Gedung Lemhanas, Jakarta Sabtu 23 November 2019.
Untuk kita ketahui bersama, staf khusus presiden dari kalangan milenial adalah Putri Indahsari Tanjung (CEO dan Founder Creativepreneur), Adamas Belva Syah Putra )Pendiri Ruang Guru), Ayu Kartika Dewi (Perumus Gerakan Sabang Merauke), Angkie Yudistira (Pendiri Thisable Enterprise, difabel tuna rungu), Gracia Billy Yosaphat Membrasar (CEO Kitong Bisa), Aminuddin Ma’ruf (Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), dan Andri Taufan Garuda Putra (Pendiri Lembaga Keuangan Amartha).
Ketujuh staf khusus muda dari Joko Widodo ini memiliki rekam jejak dan posisi masing-masing yang sangat strategis dalam dunia pergerakan nasional Indonesia ini. Mereka memiliki prestasi yang luar biasa di dunia bisnis, kemanusiaan, agama, hukum, dan kepedulian sosial khususnya kepada kaum difabel.
Dulu mungkin kita pakai gunakan istilah disabilitas. Kalau disabilitas, konotasinya memang kurang baik, karena akar kata diambil dari disable, yang artinya ketidakmampuan. Namun saat ini, penggunaan istilah internasional juga sudah sangat humanis, yakni difabel.
Difabel diambil dari kata different ability. Orang-orang yang masuk ke kategori difabel memang dulunya dianggap disable.
Ya, kita memang bisa berdebat selamanya mengenai definisi, namun satu hal yang kita harus sepakati bersama adalah mereka sama-sama manusia yang perlu di-treat sebagai manusia dan tidak ada perbedaan harga diri.
Mereka sama seperti kita. Itu saja. Mau pakai istilah apapun, sebetulnya tidak masalah. Asal penghargaan kita kepada manusia penyandang difabilitas atau disabilitas, tidak berubah.
Fadli Zon dengan mulut busuknya, menganggap 7 stafsus millennial Jokowi yang ada di antara usia 23 sampai 36 tahu itu seperti pajangan. Ini adalah penghinaan terbesar. Saya akan menyempitkan ke dalam tudingan busuk anak buah Prabowo ini, kepada seorang tuna rungu. Angkie Yudistia.
Angkie Yudistia adalah anak muda, 32 tahun penyandang disabilitas yang aktif bergerak di bidang sociopreneur. .
Ucap Presiden Joko Widodo.
Dalam perkenalan itu, Joko Widodo mengatakan bahwa Angkie ini aktif di organisasi baik nasional atau internasional. Mbak Angkie yang sudah menikah itu didaulat menjadi juru bicara presiden di bidang sosial. Dia akan diterbangkan ke sana kemari, memberikan dampak bagi dunia dari Indonesia.
Orang ini bisa menjadi juru bicara? Bukankah dia tuna rungu sejak 10 tahun? Kalau orang yang tuna rungu alias tidak bisa mendengar, pasti pelafalan kata-katanya juga akan lebih lamban dan lebih berbeda. Mengapa ia didapuk menjadi juru bicara? Menarik untuk kita ulas.
Namun bagi saya , keterbatasan seseorang itu tidak bisa membatasi mereka untuk berkarya. Jokowi saja memilihnya, artinya, ada yang berbeda dari Angkie. Angkie bisa menunjukkan ke Presiden bahwa ada hal-hal yang ia miliki lebih dari orang-orang lain, apalagi si mulut jahat Fadli Zon.
Angkie adalah millennial muda yang lahir di Medan pada tanggal 5 Mei 1987. Artinya saat ini ia sudah berusia 32 tahun. Pendengarannya menghilang saat usia 10 tahun. Bayangkan saja, di masa keemasan seseorang, ia harus kehilangan pendengarannya.
Mungkin saat itu ia hidup sederhana, dan kesalahan penggunaan obat-obatan saat ia terserang penyakit malaria. Dari penyakitnya, kita tahu ia sering main di luar, atau kondisi lingkungan rumahnya tidak higienis.
Akhirnya ia berhasil lulus SMA di SMAN 2 Bogor, dan melanjutkan di LSPR, di daerah Sudirman Sahid Jakarta. Menjadi public speaker. Kepercayaan diri yang sempat terpuruk di usia belianya, ia berhasil overcome. Mungkin orang ini adalah The True Overcomer.
Orang ini pergi ke sana kemari. Memberikan pengaruh. Bahkan dia membuat sebuah organisasi This-able. Bukan Disable atau pun Difabel. Ia mengumpulkan banyak orang yang masuk kategori difabel. Dan apa yang ia kerjakan? Mengedukasi mereka.
Masak perempuan secerah ini dianggap pajangan oleh Fadli Zon?
Kalau ada yang mau membela Fadli Zon si mulut “busuk” ini tidak menghina tuna rungu, ingatlah. Penulis masih baik hati. Fadli Zon menghina 7 orang. Maka dari 7 orang itu, penulis hanya membahas Angkie yang tuna rungu, sebagai bentuk kemurahan hati penulis terhadap Fadli Zon.
Bertobatlah Fadli Zon. Anda sudah jahat sama kaum difabel.