Dunia PRT kembali tercoreng. Kali ini korbannya menimpa sebut saja Nona, gadis asal Nagekeo, NTT. Selama 4 bulan dia kerja pada majikannya di Jakarta dengan tidak menikmati gaji sepeser pun. Tidak sampai di situ saja, Nona harus alami aksi penyiksaan yang membuat wajahnya lebam-lebam, bahkan pernah disiram dengan air kencing anak majikannya.
Tidak tahan menghadapi itu semua, pada Senin, 11 Februari kemarin Nona dengan berbekal HP pinjaman orang, meminta tolong pada saudaranya untuk dibebaskan dari majikannya tersebut. Maklum, HP miliknya disita oleh perusahaan yang menyalurkannya jadi PRT yakni PT Timor Sakti Setia.

Sebagaimana narasian bisa simak dalam obrolan FB yang berhasil kami dapatkan dari yang bersangkutan berikut ini, terkesan Nona sangat menderita dan berharap segera bebas dari majikannya.
Perhatikan urutan waktu percakapannya saja, urutan skrinsut bisa tidak beraturan akibat satu dan lain hal.
Akhirnya, malam itu juga saudaranya yang dihubungi melalui mesenger FB, bersama beberapa temannya segera menuju lokasi. Berikut adalah video rekaman tatkala rombongan saudaranya tersebut tiba di lokasi. Narasian bisa lihat bagaimana kondisi wajah Nona dalam video ini.
Sempat terjadi percekcokan antara tim pembebasan dengan majikan tersebut. Majikan tersebut mengaku sudah membayar gaji Nona selama 4 bulan lewat perusahaan yang menyalurkannya yakni PT Timor Sakti Setia. Tim pembebas bersikukuh harus bayar saat itu juga gaji 4 bulannya, soal klaim majikan telah membayar lewat perusahaan penyalur, biar itu dia selesaikan dengan perusahaan bersangkutan menyangkut kondisi Nona yang lebam-lebam dan belakangan ketahuan kalau mengidap asthma sejak kerja di sana.
Beruntung polisi segera datang ke lokasi untuk menengahi pertengkaran tersebut. Ketua RT setempat juga berhasil memediasikan dialog sehingga Nona segera dibebaskan dengan majikan tetap harus melunasi gaji Nona selama 4 bulan saat itu juga.
“Kita menyesalkan kejadian ini. Selama ini kita pikir PRT hanya dianiaya di luar negeri, ternyata dalam negeri juga seperti ini. Kami harap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi”, demikian kata Eric Jenahan, yang ikut membebaskan Nona.(*)