Tentang e-KTP, kita hanya dengar kisah korupsi seputar pengadaannya hingga ada korban yang sampai menabrak tiang listrik. Tapi tahukah Anda perjalanan sejarahnya, penggagasnya, hingga kesiapan Kemendagri demi Pilnas 2019? Tulisan investigatif berikut semoga bantu mencerahkan publik.
Sejarah dan Kronologi Tersendat-sendatnya Penuntasan e-KTP
Tulisan ini bisa terbit bermula dari obrolan saya dan 4 orang teman yang biasa saban Kamis malam ngopi bareng di sebuah warung kopi.
Kamis malam, 22 Maret yang lalu beda. Di antara kami tanpa diduga terdapat kesamaan kisah mengenai kesulitan meregistrasi ulang kartu prabayar kami. Motifnya mirip, alasannya nyaris seragam: “Mohon maaf kami tidak menemukan nomor data yang anda masukkan”.
Bermula dari obrolan yang tadinya sederhana ini seketika jadi tema serius saat ada yang nyeletuk,
“Aku rasa agak aneh ya Bro, bukannya sejak 2012 kita sudah mencanangkan program e-KTP yang katanya satu KTP untuk satu orang seumur hidup berlaku di seluruh Indonesia, kok datanya masih salah-salah begitu, ya? Ini baru soal registrasi ulang kartu HP lho, bagaimana dengan wacana menggunakan e-KTP untuk pilkada serentak tahun ini dan pilpres tahun depan?”

Seketika semua pada terhenyak. Hening mendadak. Lalu acara ngopi malam itu jadi hambar tidak seperti biasanya yang membuat kami malam itu mengakhiri dengan lebih cepat dari biasanya.
Saya sendiri pulang rumah dengan rasa gelisah yang tidak mampu saya tepiskan. Dalam perjalanan kembali ke rumah, seseorang menghubungi saya via telp WA, beliau bertanya-tanya tentang nama hotel rekomended di Labuan Bajo karena beliau sekeluarga hendak berlibur ke sana rencananya pada Lebaran kemarin.
Setelah basa-basi ngobrol seperti biasanya karena beliau saya tahu dulu pernah berkarir di kantor Kemendagri pusat, seolah merasa dituntun menemukan sosok yang tepat, saya pun lantas bertanya-tanya kepada beliau tentang kegelisahan yang tengah mendera saya.
Jawaban beliau membuat saya semakin megap-megap terhenyak-henyak. Bagaimana tidak?