Rakyat Indonesia ini memang unik, selalu memperdebatkan persoalan yang bukan semestinya. Ironisnya tak hanya oposisi saja yang gemar mengompori suasana, bahkan sesama pendukung pemerintah bisa terjebak sebagai provokator lantaran tak paham suatu program. Kemarin ribut penyalahgunaan aplikasi PeduliLindungi oleh oposisi karena dituding menyalahgunakan data penduduk demi kepentingan pilpres. Kini oleh pendukung sendiri malah dituduh sebagai proyek abal-abal yang berpotensi korup bahkan menyamakan dengan Hambalang.
Anehnya kritikan serupa tak dilakukan oleh produk keluaran institusi ternama yang justru efektivitasnya diragukan. Kita semua pasti mengenal tes Genose yang dikeluarkan UGM dan menjadi proyek nasional. Oleh menko Luhut dan Menhub Budi Karya, Genose dipasang di semua titik stasiun sebagai syarat awal perjalan. Padahal alat serupa oleh universitas di Inggris yang mungkin lebih dahulu menemukan tidak disarankan karena tak akurat dalam mendeteksi Covid 19. Tapi, begitulah nyaris tak ada kegaduhan terhadap alat besutan UGM tersebut. Hampir semua pihak diam, entah karena malas riset atau apa.
Sebelumnya diberitakan bahwa Tim peneliti Inggris mengembangkan tes napas non-invasif yang dapat mengidentifikasi orang dengan Covid-19 dalam satu menit, mirip alat bernama GeNose yang dikembangkan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Loughborough University itu menggunakan napas untuk membedakan kasus Covid-19 dengan cepat dari kondisi infeksi pernapasan lain seperti asma dan influenza.
Alat ini dikembangkan sebagai bagian dari proyek yang disebut TOXI-Triage, yang diluncurkan empat tahun lalu bersama sebuah pabrikan produk kesehatan. Proyek sebenarnya bertujuan menentukan cara paling efektif dalam memberikan penilaian medis dan racun pada korban peristiwa kimia, biologi, radioaktif atau nuklir.
Untuk identifikasi infeksi Covid-19, alat itu tergolong tidak invasif dibandingkan dengan dua tes Covid-19 lainnya–deteksi antigen dan PCR. Alat juga dapat mengidentifikasi berbagai senyawa kimia atau ‘biomarker’ yang lebih banyak di napas orang dengan Covid-19.
Pro kontra mengenai keberadaan Genose sebenarnya juga terdengar, namun tak sampai pada tuduhan sebagai proyek abal-abal, korup apalagi alat untuk pilpres seperti yang dialamatkan pada aplikasi PeduliLindungi. Padahal berkat inovasi gabungan kementrian BUMN dan kesehatan tersebut, pemerintah berhasil menekan kasus corona. Menkominfo sendiri juga memastikan keamanan dna pentingnya PeduliLindungi.
Seperti tercantum dalam website https://pedulilindungi.id/ disebutkan bahwa data pengguna disimpan aman dalam format terenkripsi dan tidak akan dibagikan kepada pihak lain. Aplikasi hanya akan merekam data proximity(kedekatan) satu telepon seluler (ponsel) dengan ponsel lainnya dalam format terenkripsi. Aplikasi juga tidak merekam data geolokasi pengguna.
Sedangkan, nomor ponsel yang didaftarkan akan direlasikan dengan ID random di dalam server yang aman. Data tidak akan diakses, kecuali jika pengguna dalam risiko tertular Covid-19 dan perlu segera dihubungi oleh petugas kesehatan. Aplikasi PeduliLindungi telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kominfo nomor 171 tahun 2020 sebagai dasar penyelenggaraan tracing, tracking, dan fencing melalui infrastruktur, sistem, dan aplikasi telekomunikasi untuk mendukung program pengendalian pandemi Covid-19. Keputusan menteri tersebut bersifat khusus untuk memberikan jaminan perlindungan data pribadi yang sesuai dengan perundang-undangan.
Senada dengan Johnny Plate, Satgas Covid 19 menegaskan keamanan PeduliLindungi dan membantah adanya kebocoran. Melansir laman covid19.go.id, alasan ada orang yang bisa mendapatkan informasi sertifikat vaksinasi Covid-19 Presiden Joko Widodo adalah karena informasi nama, tanggal lahir, tanggal vaksin, jenis vaksin milik Joko Widodo tersedia secara umum di berbagai media.
Informasi NIK Presiden Joko Widodo juga tersedia pada situs Komisi Pemilihan Umum sebagai data calon presiden pada saat Pemilihan Presiden silam. Terkait hal tersebut, Satgas menegaskan bahwa aplikasi PeduliLindungi aman digunakan.
Menurut Satgas, untuk memudahkan masyarakat sekaligus menjamin keamanan, fungsi periksa sertifikat vaksinasi Covid-19 di PeduliLindungi menggunakan 5 parameter. Yakni:
1.Nama
2.Nomor Identitas Kependudukan (NIK)
3.Tanggal Lahir
4.Tanggal vaksin
5.Jenis vaksin
Menurut Satgas, tanpa kelima informasi ini, sertifikat vaksin kita tidak dapat dicek pihak lain. Oleh karenanya, agar tak disalahgunakan, Satgas menyarankan masyarakat mulai menaruh perhatian dengan tidak menyebarkan data pribadi di media sosial. Salah satunya dengan tidak mengunggah sertifikat vaksin usai menjalani vaksinasi di media sosial apapun.
Intinya aplikasi PeduliLindungi yang dikelola beberapa kementrian lebih terpercaya dan bisa diandalkan keitmbang alat besutan UGM. Hanya saja isu politisasi yang entah dengan sengaja untuk menyerang kementrian atau dengan maksud buruk tertentu membuat aplikasi ini terdengar menyeramkan. Masyarakat yang cerdas harusnya banyak membaca berita yang mendukung ketimbang termakan arus berita yang bersifat mendeskriditkan dan sepihak. Semoga kesuksesan pemerintah dangan aplikasi yang bisa menurunkan angka Covid 19 menjadi pemicu untuk melakukan inovasi lain yang bermanfaat. Abaikan nyinyiran di luar sana yang tak paham bahkan tak bisa membedakan perbedaan data yang bocor dan yang disalahgunakan.
Salam Narasikita!
Referensi:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210124081944-4-218286/ahli-tak-sarankan-genose-buat-screening-corona-loh-kenapa
https://www.google.com/amp/s/tekno.tempo.co/amp/1400301/mirip-genose-ugm-tes-napas-covid-19-dikembangkan-peneliti-di-inggris
https://covid19.go.id/p/berita/ini-manfaat-aplikasi-pedulilindungi-yang-belum-banyak-diketahui#:~:text=PeduliLindungi%20merupakan%20aplikasi%20yang%20dikembangkan,Memberikan%20peringatan%20pada%20pengguna