Kemarin siang, 21 Juni 2022, Cloudflare mengalami gangguan. Beberapa layanan internet di dunia menggunakan layanan Cloudflare alami gangguan sehingga tidak bisa diakses atau down. Tumbangnya Cloudflare ini membuat heboh jagat maya. Sejumlah media online langsung memberitakannya.
Apa itu Cloudflare?
Cloudflare disebut-sebut sebagai salah satu penyedia jaringan pengiriman konten (Content Delivery Network) terpopuler di dunia. Software ini sendiri adalah jaringan yang berfungsi untuk mengirimkan konten dari server ke website. Bisa dikatakan Cloudflare merupakan proxy antara website dan visitor. Dengan menggunakan software yang memiliki banyak server yang tersebar di beberapa negara ini, loading sebuah website lebih cepat.
Sederhananya, Cloudflare bertindak sebagai penghubung antara pengunjung dan server website. Tujuannya, supaya website terhindar dari serangan berbahaya yang dilakukan oleh pengunjung website. Nah, pengunjung website dibagi menjadi tiga jenis:
Di sisi lain, dengan menggunakan layanan Cloudflare, website atau aplikasi mendapatkan jaminan keamanan dari berbagai serangan maupun aktivitas yang dapat merusak performa website Anda. Selain itu, Cloudflare melayani semua request ke website dan dapat menawarkan layanan yang lebih berguna jika dibandingkan dengan CDN lain.
Tidak mengherankan jika, konon, 70 persen website dan aplikasi menggunakan Cloudflare.
Cloudflare Down, Indonesia tetap Aman
Gangguan yang dialami Cloudflare pada 21 Juni 2022 jelas merupakan pukulan telak bagi pengelola website dan aplikasi. Menurut informasi yang dirilis cloudflarestatus.com, masalah Cloudflare telah mengakibatkan sejumlah website dan aplikasi populer di dunia mendadak down dan tidak bisa diakses. Pada halaman utama situs-situs yang mengalami down menampilkan pesan: 500 Internal Server Error.
Pengguna Cloudflare dilaporkan mengalami eror atau timeout (sistem berhenti bekerja) dalam mencapai jaringan atau layanan Cloudflare.
“Insiden P0 kritis diumumkan sekitar pukul 06:34 UTC. Konektivitas di jaringan Cloudflare telah terganggu di wilayah yang luas. Pengunjung yang mencoba menjangkau situs Cloudflare di wilayah yang terdampak akan mendapat keterangan 500 Internal Server Error. Insiden tersebut berdampak pada semua layanan data plane di jaringan kami, ” tulis perusahaan di laman status Cloudfare Service Issue.
Di Indonesia, tidak semua pengguna terpantau terdampak gangguan Cloudfare. Sementara layanan lain seperti Google, WhatsApp, Facebook, dan Twitter terpantau lancar. Sejumlah pengguna di Indonesia juga melaporkan beberapa web dan aplikasi sudah kembali pulih pada pukul 14:15 WIB.
Namun demikian, insiden yang dialami Cloudflare tersebut sebaiknya menjadi pelajaran bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sebab, tidak menutup kemungkinan kerusakan yang lebih dahsyat dapat terjadi di kemudian hari.
Di Bawah Menkominfo Johnny G Plate, Indonesia Siapkan Roadmap Indonesia Digital 2021-2024.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate kembali menegaskan kementerian yang dipimpinnya telah menyusun Roadmap Indonesia Digital 2021-2024 yang terdiri dari 4 pilar.
“Roadmap ini terdiri dari 4 pilar sektor strategis, yaitu Infrastruktur Digital, Tata Kelola Digital, Ekonomi Digital, dan Masyarakat Digital, yang penting untuk membangun transformasi digital yang tangguh,” jelas Johnny dikutip dari website resmi Kominfo, pada 6 Desember 2021.
Penegasan tentang Roadmap Indonesia Digital tersebut disampaikan Johnny Plate saat Pembukaan Simposium Future Telecommunication Technologies yang berlangsung secara virtual.
Dalam penegasannya. Johnny menjelaskan dalam Roadmap Indonesia Digital memiliki lima inisiatif. Pada inisiatif kelima disebutkan tentang pembangunan Pusat Data Nasional dan Whole-of-Government Cloud.
Untuk mewujudkan inisiatif kelima ini, masih menurut Menkominfo Johnny Plate, pemerintah berencana untuk membangun empat Pusat Data Nasional, dengan pusat data pertama yang akan beroperasi pada tahun 2023.
Pusat Data Nasional yang rencananya akan dibangun Kemkominfo rencananya berlokasi di empat titik lokasi, yaitu di Bekasi Jawa Barat, Batam Kepulauan Riau, Ibu Kota baru di Kalimantan Timur, dan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur.
Dibangunnya di empat lokasi tersebut dikarenakan pemerintah harus menerapkan redudansi atau duplikasi penyimpanan data yang sama secara berulang dalam beberapa file sebagai langkah “back up” data. Menurut Menkominfo Johnny Plate, hal ini dikarenakan data seluruh masyarakat merupakan komponen kekuatan nasional.
Sebagai informasi, Pusat Data Nasional (PDN) merupakan sekumpulan pusat data yang digunakan secara bagi pakai oleh instansi pusat dan pemerintah daerah, dan saling terhubung. Upaya ini merupakan bagian dari langkah menuju single source of truth of data, diantaranya yaitu konsolidasikan data yang tersebar pada 2.700 data center dan ruang server di seluruh Indonesia ke dalam PDN.
Selanjutnya, terkait Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengonsolidasikan sebanyak 2.700 pusat data/ruang server menjadi 10 hingga 20 PDN. Dengan demikian sejumlah pusat data atau server akan ditutup.
Apakah PDN yang memiliki teknologi cloud dirancang sebagai pengganti atau alternatif Cloudflare untuk pengguna website dan aplikasi?
Bercermin dari gangguan yang dialami sistem Cloudflare kemarin, ada baiknya jika Kominfo juga merancang PDN sebagai Content Delivery Network) (CDN) bagi website dan aplikasi.
Dengan menjadikan PDN sebagai CDN, Kominfo telah melakukan antisipasi atau menjaga jika Roadmap Indonesia Digital 2021-2024 mengalami gangguan yang pastinya akan menghambat proses atau tahapan dalam mendorong terwujudnya Infrastruktur Digital, Tata Kelola Digital, Ekonomi Digital, dan Masyarakat Digital sebagaimana yang dicanangkan oleh Menkominfo Johnny G Plate.