Semua fenomena dan realitas di atas sebenarnya sebuah ekspresi politik yang sesat dan salah kaprah, lantaran orang saking kebelet berkuasa. Fatalnya pelanggaran itu dilakukan atas nama undang-undang dan demokrasi. Pikirkan saja bagaimana orang menjadi naif dan mendadak idiot politik lantaran terbutakan oleh keinginan. Logika paling primitif sekalipun bisa menarik benang kusut rencana busuk di balik semua ini.
Bagi masyarakat cerdas, #2019gantipresiden hanyalah sebuah ekspresi kepanikan. Lagi pula deklarasi 2019 ganti presiden yang dilakukan sebelum waktunya adalah sebuah sikap kalap, kalang kabut, gelap mata, tak tahu aturan main, karena semakin nyata dan benderangnya prestasi dan kepercayaan masyarakat kepada presiden yang sah, Bapak Ir. Joko Widodo. Nalar balita pun bisa nangkap kesimpulan ini akibat Prabowo dan pendukungnya terlalu sering memamerkan pelanggaran.
#2019gantipresiden juga sebenarnya sebuah tagar-pagar yang di dalamnya terpelihara banyak kepentingan intoleransi, radikalisme dan juga bercokol komplotan mafia kekayaan alam Indonesia. Dari cara mereka memaksakan diri berkampanye sebelum jadwal kampanye dimulai, sesungguhnya mengekspresikan kondisi gentingnya rasa kebelet sehingga terpaksa onani. Bila perlu Prabowo-Sandi dionani jadi presiden dan wapres sebelum 2019. Hemm… sungguh menyayat hati melihat kisah pilu ini.